--sebuah
fiksi tentang mimpi dan hati--
Ketika
aku tengah menulis...
kurasa mataku amat berat untk melanjutkan setiap kata yang melintas dalam
otakku...
Aku
terlelap...
Dalam
tidurku, aku bermimpi berada di sebuah
tempat yang entah apa namanya...
Tiba
– tiba seseorang tampak dari jauh datang tepat menuju kearahku...
Akupun
tak sedikitpun melepaskan pandanganku, mencari tau siapa pemilik tubuh yang
tengah berjalan menuju tempat aku berdiri...
Aku
terkejut ketika melihat sosok itu semakin dekat semakin bersinar..
Aku
tak bisa melihat jelas wajahnya...
“ikuti
aku..” hanya itu yang bisa ku dengar....
Langkahkupun
mengikuti setiap langkahnya...
Kami menuju sebuah pintu berwarna putih....
Aku
masih terus berpikir tentang apa yang aku alami saat ini...
Apakah
ini mimpi...
Ataukah
aku tiba- tiba mati...??
Pertanyaan
itu yang kini menari – nari dalam kepalaku...
Sosok
itupun tak bicara sedikitpun untuk menjelaskan tujuannya mendatangiku...
Dia
hanya diam..dan terus melangkah...
Aku
yang masih dalam keadaan bingung memberanikan diri untuk bertanya “ maaf, siapa
kamu..?? “
Sosok
itu menjawab pertanyaanku dengan diam....
kami
tiba di depan pintu itu, dan kemudian masuk...
sebuah
ruangan yang cukup luas... di penuhi
dengan kertas yang penuh tulisan
beraneka warna....
tiba-
tiba sosok itu bicara... “ bagaimana menurutmu
ruangan ini...?? “
aku
yang terkejut mencoba menjawab sekenanya... “ aneh... tapi sepertinya pemilik
ruangan ini adalah orang yang sangat suka menuliskan perasaannya...” sosok
itupun berjalan menuju salah satu sisi ruangan dan memperlihatkan padaku sebuah
lubang yang cukup besar....
“
apa maksudmu memperlihatkan aku lubang ini... ??” akhirnya aku kembali
melontarkan pertanyaan.. mulutku tak mampu lagi menahan pertanyaan – pertanyaan
yang semakin menumpuk dalam hati dan fikiranku...
“
apa kau tau cara memperbaikinya...?? “
Sosok itu kembali bicara, seperti tak peduli
dengan pertanyaanku...
“eenngg...
bukankah itu hanya sebuah lubang biasa
dan tak begitu besar... mengapa tak dibiarkan saja... toh pemiliknya
juga tak mempermasalahkan... pemiliknya saja tak peduli... mengapa kita harus
peduli...” jawaban itu begitu lancar keluar dari mulutku....
“andaikan
Ruangan ini adalah hati... dan lubang ini adalah luka... apakah kau mampu
menyembuhkannya...??” sosok itu lagi – lagi bicara...
“
.........................................................” aku terdiam...
dadaku seperti sesak... aku tak bisa bicara.. karena memang tak ada yang bisa
aku ucapkan...
Setelah
beberapa waktu terdiam...
“mengapa
kau menyamakan ruangan ini dengan
hati...??! mereka berbeda ... ini hanya sebuah ruangan... ruangan dengan sebuah
lubang.. jika ingin ku perbaiki...
tinggal ku tambal saja bagian yang lubang itu... atau kuperbaiki seluruh bagian
dari ruangan ini hingga semuanya terlihat baru.. sementara hati... kau tak bisa
menyamakan lubang itu dengan luka...menyembuhkan luka tak semudah menambal
lubang ...!!.” aku setengah berteriak... menyembunyikan isak tangis yang nyaris
pecah karena kata – katanya seperti mengusik rasa yang sangat ingin aku
hilangkan...
“ kau terlalu rapuh... kau tau, mereka tak jauh beda... mereka sama- sama butuh
untuk diperbaiki... jika ruangan ini butuh ditambal/direnovasi... maka
hati butuh untuk disembuhkan...semuanya
untuk mendapatkan suasana baru... keindahan baru dan ketenangan... Ruangan ini
bukan tak ada pemiliknya... pemiliknya
hanya tengah melarikan diri karena tak bisa memperbaiki ruangan ini... dia begitu mencintai ruangan
ini.. hingga dia hanya memikirkan
bagaimana membuat ruangan ini nyaman untuk dia tempati... bagaimana ruangan ini
menjadi tempatnya untuk menyimpan tulisan – tulisan perasaannya... tapi dia
lupa satu hal... dia lupa belajar bagaimana jika suatu saat ada bagian dari
ruangan ini yang rusak atau digerogoti oleh serangga.. dia lupa belajar
bagaimana harus memperbaikinya. Sama seperti hati... dia hanya memikirkan
bagaimana membuat hatinya bahagia... tanpa memikirkan bahwa akan ada satu dari
sekian banyak kemungkinan hatinya akan terluka... dia tak pernah
belajar bagaimana harus menyembuhkan hatinya...” sosok itu menjelaskan semuanya
dengan nada suara yang tak berubah... sangat tenang....
“bagaimana
mungkin kau tau sedetil itu.... bahkan kurasa kau tak tau siapa pemilik ruangan
yang kau sebut hati ini....!!” aku semakin emosi....
“
aku tau..... sangat tau... karena aku tengah ditugaskan untuk mengajarinya
bagaimana memperbaiki ruangan yang ku sebut hati ini.... dia hanya sedang
kehilangan harapan yang meredupkan semangatnya.... dia hanya perlu bersyukur
dan ikhlas.... dan Rabb-nya akan memberikan semuanya... semua cara untuk
memperbaiki dan menyembuhkan... dia hanya butuh meyakinkan lagi pada dirinya
bahwa dia itu layak untuk mendapatkan kebahagiaan... dia punya banyak orang
yang sangat peduli padanya... bahkan sangat mencintainya...
Dia
itu sempurna dengan kekurangannya.......” sosok itu menghentikan penjelasannya
“heh..
memangnya segampang itu..?? jika memang segampang itu, mengapa masih banyak
yang menangis karena terluka...??!! mengapa mereka yang menyakiti tak ada yang
peduli dengan mereka... ??!! dan apakah
dia juga mampu melakukan apa yang kau katakan??!!... bahkan sekarang dia
terlalu pengecut untuk menunjukkan dirinya... aku ingin melihat orang
itu....pemilik ruangan ini... mengapa hanya kita saja yang ada disini....??!!
“ suaraku serak... aku yang terbawa
emosi mencecarnya dengan pertanyaan – pertanyaan yang mungkin tak mampu aku
ucapkan ketika aku sedang baik – baik saja... ya... aku memang tidak dalam
keadaan baik saat ini.... aku emosi... aku menangis... aku sakit... sesak...
dan kemudian aku terdiam.... ketika dia menjawab semua pertanyaanku dengan 1
kalimat...
“
pemilik ruangan yang ku sebut hati ini adalah kau....”
Seluruh
badanku lemas....
Aku
semakin tak bisa menahan tangisku...
Air
mataku mengucur deras....
Suaraku
bergetar mencoba untuk berkata “maaf..”
“tak
apa... kau sudah tau semuanya...
Sekarang
hapus airmatamu... sudah cukup kau menangis... simpan airmatamu untuk momen
yang lebih berharga dari ini... hatimu butuh banyak cinta dari orang – orang
yang kau sayangi yang juga menyayangimu...
hatimu tak butuh begitu banyak airmata kesedihan yang dapat merusak
bagian – bagian dari ruangan milikmu...
Ingatlah
bagaimana perjuanganmu membuat ruangan ini nyaman untuk semua tulisanmu...
Jadilah
berbeda dengan caramu memperbaiki dan menyembuhkan hatimu...
Sehingga
mereka yang masih terluka mampu melihatmu dan kemudian belajar bagaimana bisa
menjadi sepertimu....” suara itu begitu tenang menghadapi amarahku....
Kurasakan
kesejukan menyelimuti ruangan itu.... terasa sangat tenang.... tulisan –
tulisan itu semakin berwarna.... ku sadari sebuah senyum terlukis diwajahku
yang basah akan airmata... aku menyadarinya.... dia benar....aku terlalu
rapuh... bahkan untuk menyembuhkan hatiku....
dia sudah menjalankan tugasnya.... dan tugasku adalah membuatnya menjadi
nyata....
“terimakasih
ya Rabb... untuk sebentuk hati yang tlah kau berikan untukku...untuk setiap
senyum dan airmata... dan untuk apapun yang kau takdirkan untukku... “ batinku
berguman ditengah ketenangan yang
menyapa raga....
kulihat sosok itu kemudian hilang.... menjadi
sinar – sinar kecil yang menambah keindahan sebuah fiksi tentang mimpi dan
hati....